Faktor-faktor yang Menggairahkan Menulis (1)

Selasa, 13 Oktober 2009

Sepotong sajak, sebaris kata bijak, sepenggal cerita, sedikit keuntungan rupiah, sealinea biografi, secangkok lagu dangdut, begitu sering dapat membangkitkan gairah untuk segera beraksi. Dalam menulis dibutuhkan ketekunan. Para penulis senior biasanya membeberkan banyak keuntungan yang bisa diraih dari olah tulis dan menjadi penulis atau pengarang yang produktif.

Gairah menulis perlu dipompa terus. Proses kreatif tidak boleh berhenti. Karenanya, dibutuhkan kembali kehadiran perangkat-perangkat untuk penyemangat dalam menulis.

Sudah lama The Liang Gie memaparkan temuannya bahwa, ada enam nilai manfaat yang diperoleh para penulis (pengarang) yaitu, nilai kecerdasan, nilai kependidikan, nilai kejiwaan, nilai kemasyarakatan, nilai keuangan, dan nilai kefilsafatan.

Pembaca budiman, kalau mau, kita mampu menambah lebih panjang daftar manfaat menulis. Apa bisa? Seperti kata sebuah iklan, “bisa”. Asal giat berlatih, banyak membaca, bekerja lebih keras lagi. Dan lebih keras lagi.
Semakin kita dapat meraba keuntungan-keuntungan dalam menulis plus memahami sejumlah kesulitan, maka insya Allah gairah menulis akan terjaga, bahkan grafiknya tambah meningkat.

Berberapa upaya agar semangat mengolah tulisan makin bergairah.

1. Membaca Mahakarya Penulis atau Pengarang Dunia
”Di belakang tiap kata berdiri suatu dunia, tiap orang yang menggunakan kata harus menyadari bahwa ia menggoyang dunia”, demikian tulis Hernowo mengutip pernyataan Heinrich Boll.

Saya setuju. Betapa memang manusia sangat dipengaruhi oleh kata-kata yang didapatinya. Entah dengan membaca atau mendengar. Tentu saja kekuatan bacaan lebih ampuh karena bisa dipelajari berulang-ulang, walau dalam rentang waktu yang sangat jauh jaraknya, antara saat kata-kata itu ditulis dengan dibaca.

Perubahan besar sejarah dunia, ternyata banyak digerakkan oleh kekuatan bacaan. Kita tahu dalam sejarah Islam, hanya dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari semenanjung Arabia yang dihuni oleh masyarakat jahiliyyah berubah total akhlaknya. Masyarakat yang gemar melecehkan kaum wanita, menjadi penyayang dan pelindungnya. Pedang yang biasanya digunakan untuk menyelesaikan masalah, diganti dengan solusi musyawarah. Sungguh pun perubahan terjadi terutama karena keteladanan dari Nabi Muhammad Saw.. tapi yang ingin saya tekankan adalah perubahan-perubahan besar itu dimulai dengan perintah “membaca” (Lihat QS. Al-‘Alaq [95]: 1-5).

Membaca dengan segala macam kandungan dan falsafahnya, telah sanggup merubah peradaban. Kenyataan sejarah di orde yang berbeda kembali membuktikan. Perubahan-perubahan dahsyat di pentas dunia dipelopori oleh bacaan-bacaan atau tulisan-tulisan.

Seorang penulis produktif yang juga muballigh, yakni KH. M. Isa Anshary (Allahu yarham), mengurai betapa hebatnya pengaruh tulisan (bacaan). Saya tulis ulang pernyataannya dari buku “Mujahid Dakwah” (Diponegoro, 1995).

“... Revolusi-revolusi besar di dunia, selalu didahului oleh jejak pena dari seorang pengarang. Pena pengarang mencetuskan suatu idea dan cita, menjadi bahan pemikiran pedoman berjuang. Revolusi Perancis bergerak di bawah cahaya pikiran dan cetusan pandangan yang dirintiskan oleh J.J. Rousseu dan Montesquieu. Revolusi Amerika dibimbing oleh ‘Declaration of Independence’ (Fatwa Kemerdekaan) yang sampai kini dijadikan pedoman besar oleh bangsa Amerika. Revolusi Rusia dan perjuangan kaum komunis di seluruh dunia dipimpin oleh ‘Comunistisch Manifest’, karya Marx dan Engels. Nazi Jerman bergerak di bawah petunjuk buku Mein Kampf buah tangan pimpinan mereka Hitler.

Revolusi Tiongkok berpedoman kepada San Min Chu I karangan Sun Yat Sen. Revolusi Indonsia didahului oleh pemikiran-pemikiran revolusioner dari Bung Karno, Hatta, Syahrir dan Tan Malaka. Pidato pembelaan Bung Karno di muka pengadilan kolonial di Bandung ‘Indonesia menggugat’ brosur revolusioner ‘Mencapai Indonesia Merdeka (MIM)’, pidato pembelaan Bung Hatta di muka pengadilan Den Haag yang berjudul ‘Indonesia Vrij’ dan buku kecilnya ‘Ke arah Indonesia Merdeka (KIM)’, tulisan-tulisan Syahrir dalam ‘Daulat Rakyat’ tentang taktik dan straegi perjuangan, buku-buku Tan Malaka yang diselundupkan dari luar negri, semua itu telah menjadi aspirasi dan inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan tanah air. Renaissance Alam Islamy, gerakan reformasi dan modernisasi Taimiyah, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Amir Syakib Arsalan dan Abdurahman Al-Kawakibi. Pembinaan negara Islam Pakistan didahului oleh buku-buku Mohammad Iqbal...”

Pembaca budiman, dengan membaca tulisan-tulisaan mahakarya penulis kelas dunia, kita akan mendapatkan semacam ruh kekuatan untuk melahirkan tulisan yang mengguncang dunia. Tentu saja ambil yang positifnya. Pastikan kita mendapatkan hikmah dari proses kreatif mereka. Untuk menuliskan pendapat dan pikiran saja, mereka banyak mengalami sederetan penderitaan.

By Lilis Nihwan

0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template Brownium by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP